Get Mystery Box with random crypto!

5 TAHUN 4 November 2016 - 4 November 2021 MENOLAK LUPA TRAGED | BACKUP ANGIN GUNUNG

5 TAHUN
4 November 2016 - 4 November 2021

MENOLAK LUPA TRAGEDI AKSI BELA ISLAM 411

Oleh : Tatang Hidayat

Sungguh Aksi Bela Islam 4 November 2016 (411) dengan segala cerita dan kenangan indah didalamnya pasti akan selalu diingat oleh para alumninya sampai kapanpun. Begitupun para alumni Aksi Bela Islam 411 tidak akan melupakan tragedi bagaimana brutalnya aparat ketika membubarkan peserta aksi dengan penembakan gas air mata. Bahkan , penulis tak mampu menahan tetesan air mata ketika beberapa kali melihat tayangan bagaimana para ulama dilempari gas air mata di mobil komando, terutama ketika melihat guru kami al-Habib Muhammad Rizieq Shihab diperlakukan tanpa adab oleh para aparat.

Aksi Bela Islam 411 dilakukan bukan tanpa alasan, aksi tersebut sebagai bentuk pembelaan terhadap al-Quran yang dilecehkan karena pernyataan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang membahas penggunaan Surat Al-Maidah ayat 51, adapun pernyataan ahok yang menjadi sorotan termuat dalam pidatonya di hadapan warga kepulauan seribu pada 27 September 2016.

Sebelum keberangkatan, sebagaimana biasa setiap malam Jum’at di Pondok Pesantren Manarul Huda Bandung rutin diadakan Riyadhoh yang diasuh oleh KH. Athon Shultoniyyah. Riyadhoh pada malam itu sekaligus untuk melepas santri Pondok Pesantren Manarul Huda Bandung untuk mengikuti Aksi Bela Islam 411. Sungguh menjadi kebahagiaan bagi penulis selaku santri, keberangkatan kami dalam mengikuti Aksi Bela Islam 411 direstui bahkan dilepas langsung oleh Kyai.

Suasana Aksi Bela Islam 411 sungguh menjadi pengalaman yang sangat indah dan tidak akan dilupakan oleh penulis. Bagaimana tidak, jutaan kaum Muslim berbondong-bondong datang ke Jakarta untuk membela agama mereka tanpa sedikitpun mengharapkan imbalan dunia. Mereka berkorban masing-masing untuk bisa berangkat ke Jakarta, ada yang berangkat dengan pesawat, kereta, bis, mobil, motor dan jalan kaki. Pertanyaannya, siapakah yang menggerakkan mereka semua ? Tentunya dorongan Aqidahlah yang menggerakkan mereka semua, karena partai politik manapun tidak akan mampu membiayai selama berlangsungnya Aksi Bela Islam.

Tepat pukul 08.00 pagi, penulis dengan beberapa rombongan sampai di Masjid Istiqlal. Masya Allah suasana pagi itu begitu ramai dan sudah dipenuhi peserta aksi lengkap dengan atribut bendera organisasi masing-masing. Terlihat waktu itu ada bendera dari berbagai macam organisasi diantaranya Front Pembela Islam, Persatuan Islam, Majelis Az-Zikra, dan tentunya tidak ketinggalan bendera dan panji kebanggaan umat Islam yakni Al-Liwa dan Ar-Rayah.

Suasana Masjid Istiqlal pagi itu sudah padat, padahal waktu menuju shalat Jum’at masih lama. Terlihat beberapa peserta aksi mengisi waktu tersebut dengan membaca al-Quran. Shalat, diskusi dengan teman sambil menghilangkan lelah dan beberapa terlihat ada yang istirahat, mungkin mereka sudah melaksanakan perjalanan sangat jauh dari kampung halamannya. Di tengah suasana itu, tanpa sengaja penulis bertemu dengan kawan-kawan seperjuangan yaitu para santri Ma’had Usyaqil Quran yang turut ikut Aksi Bela Islam 411. Penulis akhirnya melepas rindu dengan para santri yang sudah lama tidak berjumpa. Akhirnya kita saling berbagi cerita mengenang masa-masa indah ketika sama-sama berjuang menghafal al-Quran.

Saat bercengkrama dengan santri, penulis akhirnya teringat kembali masa-masa yang paling bahagia ketika menjadi santri dan penulis rasanya ingin kembali merasakan suasana yang bahagia itu untuk kembali menjadi santri penghafal al-Quran dibawah asuhan guru kami Ustadz Muhammad Suhud al-Hafizh (Abi Suhud). Begitu banyak kenangan indah penulis bersama beliau, bagaimana kesabaran beliau dalam mendidik santrinya, dan keramahan beliau bisa menerima penulis menjadi santrinya.

Didikan guru kami Abi Suhud sukses menghantarkan santrinya bukan hanya sebagai penghafal al-Quran, tetapi sebagai penjaga al-Qur`an.